Erupsi Gunung Marapi Meningkat, Bandara Minangkabau Ditutup

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Sumatra Barat (Sumbar) ditutup sementara pada Kamis (28/3/2024) mulai pukul 10.00 WIB hingga 14.00 WIB. Penyebabnya adalah sebaran abu vulkanik dari Gunung Marapi yang menjangkau wilayah penerbangan BIM.

Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah VI, Megi H Helmiadi, mengatakan. penutupan bandara dilakukan untuk menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan. “Sebaran abu vulkanik sudah mencapai Bandara Internasional Minangkabau,” kata Megi di Kota Padang, Sumbar, Kamis.

Baca: Rebut dari Singapura, Layanan Udara di Kepri dan Natuna Kini Dikelola RI

Dampak penutupan adalah terjadi penundaan dan pembatalan penerbangan dari dan tujuan BIM. Megi mengimbau para penumpang untuk selalu mengecek informasi terbaru terkait penerbangan mereka kepada maskapai penerbangan masing-masing.

 

Gunung Marapi pada Rabu (27/3/2034) mengalami erupsi. Dalam waktu satu jam terjadi dua kali erupsi dengan lontaran abu vulkanik masing-masing 1,5 kilometer dan satu kilometer dari atas puncak.

Sesuai catatan Pos Pengamat Gunungapi (PGA) Marapi di Kota Bukittinggi, erupsi terjadi pukul 20.54 WIB dan pukul 21.57 WIB. Hingga pukul 22.20 WIB, erupsi masih berlangsung.

Baca: Dubes: Pembentukan Aliansi RI di Luar ASEAN tidak Mungkin

Kepala PGA Marapi, Ahmad Rifandi, mengatakan, pada erupsi pukul 20.54 WIB, lontaran abu vulkanik tercatat sejauh 1,5 kilometer di atas puncak. Sementara pada letusan pukul 21.57 WIB, lontaran abu vulkanik tercatat satu kilometer dari puncak.

Rifandi menyebut, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,2 milimeter dengan durasi 52 detik. Sejak Rabu dini hari WIB, Marapi sudah meletus lima kali yang disertai lontaran abu vulkanik setinggi 1,5 Kilometer dan 1 kilometer.

Rifandi meminta warga meningkatkan kewaspadaan dan tidak mendekati puncak gunung pada radius 4,5 kilometer, karena status Marapi saat ini di level III atau Siaga. PGA Marapi mengimbau masyarakat yang beraktivitas di sekitar Gunung Marapi tidak mendekati dan beraktivitas 4,5 kilometer dari kawah.

Masyarakat yang tinggal di sekitar lembah atau aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi juga dimiinta selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan. Pasalnya, bencana bisa muncul kapan saja.

“Karena statusnya Siaga, kami merekomendasikan warga untuk tidak beraktivitas pada radius 4,5 kilometer, sekaligus juga perlu mewaspadai aliran sungai untuk mencegah munculnya ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi,” kata Rifandi.



Sumber: Republika