REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Allah SWT menyuruh manusia agar mereka beriman dan bertakwa kepada-Nya. Umumnya, para ulama mendefinisikan takwa sebagai berikut. Menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan dosa syirik, perbuatan keji, dan dosa-dosa besar. Dalam pengertian lain, takwa ialah melaksanakan segala perintah Allah serta menjauhi segala larangan-Nya.
Berkaitan dengan itu, ada sejumlah perkara yang disukai oleh Allah. Dan, ada pula hal-hal yang dibenci-Nya. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai kalian dalam tiga perkara dan benci kepada kalian dalam tiga perkara.
Allah meridhai kalian jika kalian (pertama) beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (Kedua) jika kalian berpegang teguh kepada agama-Nya dan tidak berpecah belah. (Ketiga) jika kalian saling menasihati kepada orang yang diserahkan kepadanya urusanmu.”
Kabar angin
Masih dalam redaksi hadis yang sama, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci bila kalian qiila wa qaala, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta” (HR Muslim dan Ahmad). Qiila wa qaala dalam sabda Nabi SAW itu secara harfiah ialah “katanya-katanya.” Maksudnya, informasi yang belum jelas sumber dan atau kebenarannya.
Suatu berita hendaknya diperjelas sebelum disebarluaskan. Bila tidak demikian, ia hanya menjadi kabar angin atau desas-desus. Dan, seperti disampaikan hadis tersebut, Allah membenci sikap yang percaya pada informasi yang tidak tentu sumbernya. Dalam Alquran surah an-Nur ayat 11, Allah berfirman, yang artinya, “Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
Terlalu banyak tanya
Bila ada yang tidak atau belum dimengerti, maka seseorang dianjurkan bertanya. Namun, apabila pertanyaan yang sama atau pertanyaan yang tak-perlu diajukan berulang-ulang kali, itu dapat menjurus pada kesia-siaan atau bahkan konflik.
Contohnya, tabiat para Bani Israil yang banyak tanya tentang perkara sapi betina. Kisah ini diabadikan dalam Alquran surah al-Baqarah (harfiah: ‘sapi betina’).
Waktu itu, Nabi Musa AS sudah menyampaikan kepada mereka tentang perintah Allah, yakni hendaknya seekor lembu betina disembelih. Dengan begitu, Allah akan menunjukkan kepada orang-orang ini kebenaran perihal kasus terbunuhnya seorang dari mereka.
Bukannya langsung melaksanakan apa-apa yang diperintahkan, Bani Israil ini justru banyak tanya tentang sifat sapi yang hendak disembelih itu. Pada akhirnya, jawaban yang mereka peroleh justru kian mempersulit diri sendiri. Padahal, sebelumnya Allah menghendaki kemudahan bagi mereka, tetapi mereka sendiri yang memperumit keadaan.
Pemborosan
Hal ketiga yang dibenci Allah Ta’ala ialah menyia-nyiakan harta. Idho’atul maali dapat dimaknai sebagai membelanjakan harta yang dimiliki secara boros serta tidak pada jalan yang diridhai-Nya. Apalagi, bila harta tersebut diperoleh dengan cara-cara yang haram atau syubhat.
Dalam surah al-A’raf ayat 31, Dia berfirman, yang artinya, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Sikap boros juga disamakan dengan perilaku setan.
Ini ditegaskan dalam Alquran surah al-Isra ayat 27, yang berarti, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” Semoga kita semua terhindar dari ketiga sifat yang dibenci Allah Azza wa Jalla ini.
Sumber: Republika