REPUBLIKA.CO.ID, RAJA AMPAT — Kelompok perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, memanen biota laut seperti teripang dan lobster hasil konservasi tradisional yang disebut sasi laut, Senin (25/3/2024).
Ketua Kelompok Waifuna Almina Kacili di Kampung Kapitcol mengatakan, panen hasil sasi laut itu dilakukan usai akses untuk mengambil hasil biota laut bagi masyarakat ditutup selama sekitar 11 bulan. “Kalau yang sekarang (sasi dilakukan) hampir mau setahun, sudah sepuluh-sebelas bulan. Baru dibuka,” kata dia.
Pengelolaan sasi laut merupakan salah satu praktik adat yang bertujuan untuk mengelola sumber daya alam berkelanjutan dan masih diterapkan di wilayah Maluku dan Papua. Sasi laut menggambarkan aturan spesifik dan tidak tertulis yang mengatur akses terhadap wilayah penangkapan ikan, alat penangkapan ikan, spesies target, serta waktu dan lokasi penangkapan ikan.
Aktivitas sasi tersebut juga didukung dan didampingi oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Dukungan dan pendampingan berbasis sains itu diberikan agar sumber daya manusia daerah setempat mampu mengelola sumber daya alam mereka secara berkelanjutan bagi generasi di masa yang akan datang.
Pembukaan sasi untuk memanen hasil biota laut yang telah dijaga agar tidak diambil secara sembarangan dan ilegal itu diawali dengan ibadah di gereja dan acara adat. Setelah itu, pembukaan sasi diawali dengan pelarungan pon fapo atau persembahan bagi leluhur di wilayah sasi dan pencabutan papan sasi. Usai satu hingga dua pekan berselang, kelompok Waifuna bersama-sama dengan warga Kampung Kapatcol akan bermusyawarah untuk kembali menutup sasi.
Hasil penjualan dari buka sasi akan berlangsung selama tiga hari dari 25 hingga 27 Maret itu akan digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan tabungan pendidikan bagi warganya. Pada kali ini, Kelompok Waifuna telah menyepakati bahwa hasil buka sasi akan diberikan kepada dua anak yang duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD) dan kelas 2 sekolah menengah pertama (SMP). Kedua anak itu mengalami penyakit dalam sehingga badan mereka menjadi sangat kurus.
Mama Almina, sapaan akrab Almina Kacili menyampaikan pula bahwa apabila penjualan hasil buka sasi itu belum cukup banyak untuk membantu kesembuhan dua anak itu, pembukaan sasi akan diperpanjang hingga tujuh hari.
Sebelumnya, Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Lukas Rumetna telah menyampaikan bahwa praktik pengelolaan sasi laut harus dipertahankan karena memberikan banyak manfaat untuk warga.
Apabila ke depannya pengelolaan sasi tidak dilanjutkan oleh generasi penerus, menurut Lukas, kesehatan ekologi laut di wilayah Maluku dan Papua akan terganggu.
“Ekologi mereka akan menurun, kesehatan ekologi dan nilai-nilai ekologi. Mereka juga tidak bisa lagi mendapatkan nilai ekonomi dari sumber daya alamnya sendiri. Terakhir, mereka juga akan kehilangan tradisinya,” ujar dia.
sumber : ANTARA
Sumber: Republika