Siti Indira Khoerotunnisa
Edukasi | Saturday, 03 Jun 2023, 13:13 WIB
“Aku sukanya muncak ke gunung, ga suka ribet belanja kaya cewe lain ke mall”, “Apa sih skincare aja ga pernah apalagi make up,” “Lebih enak temenan sama cowok daripada sama cewek, banyak dramanya.” Seringkali kita mendengar celetukan seperti ini dari perempuan disekitar kita, teman kita, bahkan diri kita sendiri. Tanpa kita sadari, segala perkataan itu datang untuk menjatuhkan perempuan lain dan diri kita sendiri. Internalized misogyny, atau lebih dikenal sebagai tindakan ketika perempuan secara tidak sadar memproyeksikan ide-ide seksis ke perempuan lain dan bahkan ke diri mereka sendiri. Kedua istilah ini sama-sama memberikan dampak yang buruk.
Internalized misogyny timbul karena banyak hal, seperti patriarki gender yang marak diutarakan di setiap lembaga, perempuan yang dianggap seorang inferior, harus selalu berada di bawah kuasa dan pengendalian lelaki padahal banyak perempuan yang bisa menjadi superior namun masih pada hakikatnya. Hal seperti itulah yang membuat pikiran daripada banyak perempuan menginginkan validasi tetapi dengan menimbulkan perbedaan dari dirinya sendiri dan menjatuhkan perempuan lainnya.
Kadang kala kita menemukan perempuan yang ‘lemah’ dalam artian ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri dari cemoohan atau pelecehan lawan jenisnya. Bukan berarti perempuan yang berani lainnya patut untuk menjatuhkan atau ikut mengatai sosok perempuan lemah itu, karena semua perempuan dibebaskan untuk menghadirkan sosok seperti apa dirinya yang sebenarnya.
Setiap perempuan memiliki keunikannya masing-masing. Seorang perempuan yang menyukai warna merah muda atau hitam, yang suka atau tidak suka berdandan, yang hobinya berbelanja atau mendaki gunung, semuanya tetaplah perempuan, hanya memiliki perbedaan dalam keinginan dan kesukaan.
Alangkah baiknya, kita selalu berhati-hati dalam bertindak dan berkata dengan siapapun dan dimanapun, lebih banyak peduli terhadap keadaan sekitar dan selalu berpikiran terbuka atas apa yang ada. Jangan sekalipun kita merasa yang paling hebat dan yang paling berbeda, hilangkan segala pikiran seksisme dan perasaan eksklusif atas apa yang kita punya, karena semua orang akan selalu ada perbedaan dan akan selalu ada yang istimewa dalam diri pribadi masing-masing.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Sumber: InformasiRiau.com