REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Spanyol dan Yunani adalah salah satu tempat tujuan liburan bagi warga Inggris yang ingin menghindari musim panas di negaranya. Musim panas di Inggris seringkali tidak dapat diprediksi dan mengecewakan. Namun, bagi mereka yang mencari matahari, ternyata Chili adalah tempat terbaik untuk dikunjungi.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa gurun dekat Andes secara resmi adalah tempat terpanas di Bumi. Intensitasnya sedemikian rupa sehingga jika Anda berdiri di Dataran Tinggi Chajnantor, Anda akan menerima radiasi ultraviolet (UV) sebanyak di Planet Venus.
Analisis yang dipimpin oleh University of Santiago mengungkapkan bahwa lokasi di Gurun Atacama di Chili utara, yang tingginya lebih dari 15.700 kaki (4.800 m) di atas permukaan laut, merupakan tempat tercerah dan terpanas di Bumi karena memiliki kondisi paling tidak berawan. Artinya, dataran ini hanya mengalami sedikit hujan.
Namun, lokasi ini jelas bukan tempat yang bagus untuk berjemur. Suhu rata-rata seringkali lebih tinggi 4 derajat Celsius selama musim panas, sebagian karena Samudra Pasifik yang berdekatan menerima arus air dari Antartika.Dan, rata-rata SPF 20 tidak membantu melindungi dari sengatan matahari, karena para ilmuwan mengatakan kondisinya sangat ekstrem, sehingga belum pernah terlihat di tempat lain di Bumi. “Ini sebenarnya radiasi yang akan Anda terima di musim panas jika Anda berdiri di Venus,” kata penulis studi Raul Cordero kepada Washington Post, dilansir dari laman Daily Mail, Jumat (28/7/2023).
Di lokasi khusus ini, orang tahu bahwa radiasi mataharinya sangat tinggi. Kini, studi itu menunjukkan dengan pasti seberapa tinggi radiasinya. Dalam studi mereka, para ilmuwan menerbitkan kumpulan data lima tahun yang direkam di sebuah observatorium di perbatasan barat laut Dataran Tinggi Chajnantor, 17.700 kaki (5.418 m) di atas permukaan laut.
Dataran tinggi itu ditemukan tidak hanya memiliki tingkat radiasi gelombang pendek horizontal tertinggi di dunia, tetapi juga beberapa fitur menarik lainnya.Ternyata, sebuah fenomena yang dikenal sebagai forward scattering terlihat di antara awan terdekat yang sering memicu semburan sinar matahari yang intens. Di atas tempat lain di Bumi, awan sering kali cukup “tebal” untuk menghalangi sebagian besar sinar matahari mencapai tanah, yang justru dipantulkan kembali ke angkasa.
Mekanisme ini melindungi kita dari sinar matahari yang berbahaya, bahkan mencegah lapisan es mencair terlalu cepat di beberapa bagian dunia. Namun, Dataran Tinggi Chajnantor sering mengalami awan “tipis” yang memungkinkan matahari terfokus secara intens di permukaan tanah.
Percaya atau tidak, radiasi matahari selama periode awan tipis ini sebenarnya bisa lebih buruk daripada kondisi tidak berawan.Awan tipis ini, sering muncul selama musim panas di belahan bumi selatan pada Januari dan Februari, tetapi juga lazim di daerah lain seperti Dataran Tinggi Himalaya.
Meski begitu, proses ini memungkinkan gurun Chili mengalami ekstrem matahari yang “tak tertandingi di seluruh dunia”. Akibatnya, penulis studi meyakini dataran tinggi bisa menjadi tempat utama untuk menempatkan pembangkit tenaga surya di masa depan, memanen sinar matahari untuk menghasilkan listrik.
Area tersebut bahkan mungkin dapat digunakan sebagai simulator kehidupan di Venus di masa depan. Lapisan ozon Venus berada 62 mil di atas permukaan planet dengan radiasi matahari 2601,3 W m−2 dibandingkan dengan 308 W m−2 di dataran tinggi. Namun, tidak seperti dataran tinggi, suhu di sana sering melebihi (470 derajat Celsius) karena volume tipis karbon dioksida atmosfer dan awan asam sulfat. Atmosfer tebal ini menjebak panas matahari, yang menjadikan Venus planet terpanas di tata surya.
Sumber: Republika