ANTARIKSA — Energi nuklir kini mengambil peran untuk eksplorasi luar angkasa. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kini merancang era baru untuk membawa pembangkit listrik bertenaga nuklir di permukaan bulan.
Laboratorium Nasional Idaho (INL) Departemen Energi AS, pada 19 November 2021 menyatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan NASA untuk memasang reaktor fisi yang tahan lama, berdaya tinggi, dan tidak tergantung pada matahari ke bulan dalam 10 tahun ke depan. Sejak saat itu, kedua agensi kemudian mencari proposal dari para mitranya untuk memulai proyek besar tersebut.
Reaktor hipotetis akan membantu mengubah bulan menjadi pangkalan luar angkasa untuk eksplorasi yang dilakukan manusia. Untuk diketahui, saat ini ada sejumlah misi eksplorasi manusia yang menunggu, termasuk ke Mars.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
“Energi yang melimpah akan menjadi kunci untuk eksplorasi ruang angkasa di masa depan,” kata Jim Reuter, administrator asosiasi Direktorat Misi Teknologi Luar Angkasa NASA di Washington DC seperti dilansir Space.com. Reuter yakin sistem tenaga fisi di permukaan bulan sangat bermanfaat bagi rencana NASA, baik untuk di bulan dan Mars, maupun kembali digunakan di Bumi.
Prototipe yang diusulkan haruslah reaktor fisi bertenaga uranium, yaitu peralatan yang dapat membelah inti atom berat menjadi inti yang lebih ringan, dan melepaskan energi sebagai produk sampingan. Reaktor harus memiliki berat tidak lebih dari 13.200 pon atau 6.000 kilogram dan muat ke dalam roket dengan dimensi yang ditentukan.
Mengenal Fisi Nuklir, Disalahgunakan sebagai Bom Atom
Mengenal Fusi Nuklir, Sumber Cahaya Matahari
Reaktor akan dirakit di Bumi, kemudian diluncurkan ke bulan. Reaktor itu harus menyediakan 40 kilowatt tenaga listrik secara terus menerus selama 10 tahun. Reaktor juga harus memiliki kontrol suhu untuk menjaga perangkat tetap dingin. Untuk diketahui, suhu di bulan bisa mencapai 127 derajat selsius pada siang hari.
Program ini sejalan dengan NASA yang telah memulai program Artemis-nya. Ini adalah misi yang bertujuan menghadirkan manusia secara berkelanjutan di bulan pada akhir dekade ini. Sumber: Space.com
Sumber: Republika