Haji wada menandai perpisahan Rasulullah dengan para sahabat. Foto: Rasulullah SAW. Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH — Haji Wada menandai perpisahan terakhir Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya sebelum wafatnya. Momen tersebut tidak hanya menjadi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji, tetapi juga untuk merayakan kebersamaan, persaudaraan, dan pengabdian kepada Allah SWT.
“Nabi memasuki kota Mekkah pada hari Senin, 4 Dzulqa’dah tahun 10 H dengan menghabiskan perjalanan selama delapan hari. Waktu tempuh perjalanan yang lebih lama dari biasanya ini menggambarkan betapa Rasulullah menikmati proses ibadah tersebut. Mengingat ini adalah momen haji pertama sekaligus terakhir baginya sebagaimana dituturkan sebagian sejarawan,” dikutip dari kitab karya Ibnu Katsir yang berjudul, Al Kamil fit Tarikh, Rabu (24/04/2024).
Dalam khutbah pentingnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan-pesan yang sangat berharga bagi umat Islam, “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu Maha Satu, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Jadikanlah persaudaraan di antara kalian sebagai tanda kehormatan yang paling mulia. Jadikanlah keberpihakan kepada agama Allah sebagai pedoman hidup yang paling utama.”
Dalam khutbahnya, Nabi Muhammad SAW juga menegaskan pentingnya menjaga hak-hak satu sama lain, serta larangan untuk berbuat kerusakan dan kekerasan. Pesan-pesan ini mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan kedamaian, keadilan, dan kasih sayang.
Bagi para jamaah haji yang menghadiri Haji Wada, momen ini tidak hanya merupakan perjalanan spiritual yang mengesankan, tetapi juga kesempatan untuk merenungkan ajaran-ajaran Islam dan meneguhkan komitmen mereka terhadap agama. Dengan hati yang penuh ketulusan, mereka mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam menunaikan ibadah dan menjalani hidup yang penuh dengan kebaikan dan kebajikan.
Saat mereka meninggalkan Mekkah setelah menyelesaikan ibadah haji, mereka membawa pulang tidak hanya kenangan indah, tetapi juga semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mewujudkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Haji Wada bukanlah akhir dari perjalanan spiritual, tetapi awal dari komitmen yang lebih besar untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT dan memperjuangkan kebaikan dalam masyarakat.
Sumber: Republika