Polda Sumbar Naikan Kasus Pelecehan di Unand ke Penyelidikan  

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG— Direktur Reskrimum Polda Sumatra Barat, Kombes Pol Andry Kurniawan, mengatakan pihaknya sudah menaikkan status kasus dugaan pelecehan seksual oleh sepasang kekasih di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand) dari penyelidikan ke penyidikan.


Pihaknya, kata Andry, telah memeriksa beberapa orang saksi. “Kasusnya sudah sidik. Terlapor dan 9 saksi lainnya sudah kita periksa,” kata Andry, Selasa (28/2/2023). 


Andry menyebut sampai saat ini baru ada delapan korban yang sudah membuat laporan ke polisi. Diketahui, korban pelecehan seksual yang dilakukan NB (20) dan HJ (19) ada 12 orang. 


Andry mengatakan kedua terlapor atau terduga pelaku masih belum ditetapkan sebagai tersangka. 


“Kita gelar perkara dulu, setelah itu baru diketahui apakah berlanjut ke penetapan tersangka,” ujar Andry. 


Andry mendapat laporan bahwa kedua terlapor NB dan HJ sudah tidak lagi terlihat ke kampus. Tapi keduanya sudah diperiksa oleh penyidik Polda Sumbar. 


Baru-baru ini, Unand kembali diguncang kasus pelecehan seksual. Jika pada kasus sebelumnya pelaku adalah dosen, kali ini pelakunya merupakan sepasang kekasih yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran. 


Sejoli calon dokter itu diduga melakukan pelecehan seksual terhadap rekan-rekannya sesama mahasiswa. Tak sekadar pelecehan, keduanya juga diduga memiliki perilaku seksual menyimpang.  


Keduanya saling bertukar konten berisi foto dan video vulgar teman-temannya sendiri yang diambil secara diam-diam demi memuaskan hasrat.


Dari perbuatan pelaku, terindikasi adanya tindakan yang berbau LGBT di mana pelaku perempuan berani berbuat tidak senonoh kepada korbannya yang juga perempuan.


Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, mengatakan pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan FK Unand karena hilangnya nilai-nilai agama, moral, etika dalam kehidupan generasi muda. 


Hilangnya nilai-nilai tersebut menurut Erianjoni karena anak-anak muda dengan segala kemajuan sudah merasa menjadi masyarakat modern seperti yang kerap dipertontonkan di sosial media. 


“Anak-anak muda ada yang kehilangan patron. Jadi patronnya itu ya gaya hidup, tren, viral sehingga lupa dengan nilai-nilai agama, kesantunan, kesopanan. Mereka justru sudah terasing dengan nilai-nilai yang ada sehingga hal yang tak sesuai dengan nilai dianggap biasa,” kata Erianjoni, kepada Republika.co.id, Senin (27/2/2023). 


Dia juga melihat perilaku pelecehan yang dilakukan pasangan di FK Unand itu karena adanya kelainan seksual dari kedua pelaku. 


Kelainan tersebut kemudian didukung oleh adanya alat penunjang seperti kamera di telepon seluler dan koneksi internet untuk menyalurkan hasrat kelainan seksual pada dirinya. 


“Adanya kelainan seksual, krisis nilai, itu kemudian ditunjang adanya medium dalam hal ini media sosial sehingga sudah tidak lagi mengabaikan batas kewajaran,” ujar Erianjoni. 



Sumber: Republika