JAKARTA–Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah per tahun. Sampah plastik berkontribusi sekitar 5 persen atau 3,2 juta ton dari total sampah tersebut.
Jumlah itu perlu terus ditekan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi air minum dalam kemasan (AMDK) gelas plastik. Karena, AMDK gelas plastik menyumbang sampah sebanyak 46 ribu ton per tahun.
Ketua Net Zero Waste Management Consortium, Ahmad Safrudin mengatakan, fakta ini mendorong agar beragam stakeholder perlu meningkatkan penerapan 3R yakni reduce, recycle dan reuse. Padahal, prinsip itu telah didorong lewat Peraturan Menteru (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 75 Tahun 2019.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Menurutnya, terjadinya timbulan sampah di lingkungan adalah indikasi tidak dijalankannya program reduce (pengurangan sampah) dengan upsizing (menghentikan penggunaan kemasan plastik pada volume/bobot kecil), recycle dengan EPR (Extended Producers Responsibility atau menarik kembali kemasan produknya untuk didaur-ulang) dan reuse dengan pemanfaatan kembali kemasan plastik yang tidak berisiko pada kesehatan.
“Kementerian LHK dan atau pemerintah daerah harus memberikan teguran dan menarik uang paksa untuk pembinaan, dan penegakan hukum dalam pengelolaan sampah,” kata Ahmad Safrudin, Selasa (21/3/2023).
Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 sendiri menargetkan pengurangan sampah hingga sebesar 30 persen pada tahun 2030. Target pengurangan tersebut bisa dilakukan dengan mendorong produsen AMDK mengubah desain produk berbentuk mini menjadi lebih besar.
Artinya, AMDK gelas plastik perlu dikemas dalam format yang lebih besar atau lebih praktis sehingga tetap memudahkan masyarakat tapi tetap bisa hadir sebagai kemasan yang ramah lingkungan.
AMDK gelas plastik sendiri cukup diminati karena ukuranya yang kecil. Tapi, bagi masyarakat yang mebutuhkan air minum yang lebih banyak maka akan membutuhkan produk itu lebih dari satu gelas sehingga berpotensi menimbulkan sampah yang lebih banyak.
Di satu sisi, bagi konsumen yang membutuhkan air minum dalam volume yang kecil, AMDK gelas plastik juga berpotensi menambah jumlah sampah karena AMDK gelas plastik memiliki kelemahan untuk dibawa dalam aktivitas. Mengingat, jika AMDK gelas plastik sudah dikonsumsi baik dengan menyobek segel maupun dengan sedotan, maka AMDK itu akan lebih sulit untuk dibawa-bawa karena lebih mudah menumpahkan air.
Sumber: Republika